Hai

 
"Jangan pernah membenci masa lalu, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi saat ini jika kau tidak menjalani masa lalumu.."
 
Hai masa lalu. Apa kabarmu? Sudah merasa nyamankah ditempatmu? Tetaplah berdiri disana dan jangan berusaha untuk mengikutiku! Aku ingin melupakan semua rasa dendam, benci, kecewa, dan marah. Aku harap kau bersedia menyimpan itu semua untukku. Aku harap kita bisa berdamai. Terimakasih atas semua pelajaran yang telah engkau berikan kepadaku. Terimakasih karena kamu telah mengajarkanku cara untuk memperlakukan orang lain, sesulit apapun proses aku dalam belajar, dan sesakit apapun dampak yang ia ciptakan, aku akan tetap berterimakasih padamu. Kau adalah salahsatu proses dari kehidupanku. Satu dari beberapa rangkaian waktu yang mengajarkanku cara untuk mendewasakan diri. Terimakasih ya! Terimakasih telah menemani masa-masa lampauku. Aku harap nanti aku mampu memandangmu dari persepsi yang berbeda dan yang lebih baik ^^

It's Always Been You


“Bukan perkara yang mudah untuk memahami sesuatu, apalagi sesuatu yang menyangkut dengan perasaan. Lucu, terkadang kita sulit untuk mengartikan apa yang tengah kita rasakan tapi terlalu mudah untuk menebak perasaan orang lain..”

Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mengenal cinta. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan ia menyapa kehidupanku. Aku tidak tahu mengapa dia sempurna menjadi topik yang selalu berhasil membuatku tertarik. Aku tidak tahu. Padahal hampir separuh permasalahan di masa muda ku diciptakan olehnya. Padahal aku tahu terlalu cepat untukku mengenal semua. Padahal.. Padahal..

Jujur saja aku memulai semua cerita cintaku dengan rasa penasaran. “Apa yang kakak rasakan ketika dia memiliki seorang pacar?”. Konyol. Dan lebih konyol lagi, aku terbawa oleh rasa penasaran itu. Masuk kedalam pintu yang mengundangku. Pintu yang berwarna abu-abu, pintu yang menghadirkan sejuta pertanyaan dibenakku. Pintu yang tak memberikanku kompas untuk menemukan jalan keluar. Dan pintu itu hadir ketika aku sedang mulai merasakan asiknya menggunakan seragam putih-biru, ditahun pertama, disemester pertama. Terlalu cepat? Ya! Sangat cepat! Sebenarnya pintu itu mulai menggoda ku masuk sejak aku berada di tahun terakhir masa merah-putih. Tapi aku menolak! Menurutku tidak sepantasnya aku mengenal cinta atau pacaran pada masa itu. Tapi apakah dengan satu tahun berlalu, semua menjadi berubah dengan cepatnya? Secepat itukah pemikiranku berubah? Ya! Ditahun pertama itu aku berhasil masuk kedalamnya, menemukan banyak sudut ruangan yang sempit, sudut ruangan yang rumit, bahkan terkadang seringkali menemukan sudut ruangan yang sama. Selama menggunakan seragam putih-biru, aku berkenalan dengan banyak teman lelaki. Bahkan aku tak hanya satu kali menerima kata “do you want to be my girlfriend?”. Seperti yang ku katakan “aku penasaran..”, karena rasa penasaran itulah aku selalu menerima mereka! Ya! Selalu!

Meninggalkan seragam putih-biru, aku mulai mengenal seragam baru, putih-abu-abu. Seragam yang membuatku sangat tertarik. Rasa penasaranku mulai menurun pada masa itu. Tapi aku kembali disapa oleh pintu itu ditahun pertama. Bahkan dua orang teman lelaki yang satu kelas denganku bisa dikatakan berhasil membuatku bingung. Aku menyukai musik diapun sama. Bahkan dia piawai memainkan alat musik, dan tahukah kalian? Kami saling tertarik satu sama lain. Namun bukan perkara yang mudah untuk bisa dekat dengannya karena dia memiliki seorang pacar yang umurnya satu tahun dibawah kami. Aku tidak mau berurusan dengan anak SMP hanya karena soal pacaran, ribet! Hingga akhirnya aku dekat dengan lelaki lain, teman curhatku. Ya, dia adalah teman dari seseorang yang aku sukai tadi, kami seringkali bertukar pikiran karena teman sebangku ku menyukainya. Hingga akhirnya aku menceritakan tentang si cowok pemain gitar dan dia menceritakan tentang si cewek yang sebangku denganku. Entah bagaimana alur yang tercipta diantara kami berdua. Aku sempurna tidak mengetahui perasaan yang ia simpan kepadaku. Hingga akhirnya ketika aku jadian dengan si pemain gitar, aku baru mengetahui arti dari semua nasihat dan perhatiannya kepada ku. Saat itu aku sempurna dibuat bingung oleh keadaan. Sungguh, awalnya aku fikir aku akan merasa senang jika bisa mendapatkan si pemain gitar, tapi ternyata aku salah! Benar apa kata pepatah, “membayangkan seperti apa hebatnya perasaan itu akan jauh lebih hebat dibandingkan ketika aku benar-benar tiba disana”. Saat ini aku sudah tiba di titik yang aku bayangkan dulu, tapi apa? Aku merasakan kehampaan, bahkan rasa menyesal. Aku menyesal tidak memahami perasaan dia yang telah perduli padaku. Aku menyesal telah menciptakan kesempatan untuk perasaanku, tapi meredupkan kesempatan untuk perasaan orang lain. Aku bingung. Tak tahu apa yang harus aku lakukan..

Hingga akhirnya entah bagaimana aku tidak lagi dekat dengan si pemain gitar, karena perhatianku telah sempurna teralihkan pada dia yang ku abaikan perasaannya. Dan aku tak tahu bagaimana waktu mendekatkan kami kembali. Bersamanya aku merasakan satu hal baru. Satu perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Bersamanya aku baru merasakan rasanya mencintai seseorang. Rasa cemburu. Rasa khawatir. Dan rasa takut kehilangan. Bisa dikatakan aku gagal mengatur emosi pada cinta pertamaku. Ya! He is my first love! Aku tak tahu mengapa, tapi begitulah kenyataannya! Dia sungguh berhasil menjawab semua rasa penasaran yang aku rasakan sejak SMP dulu. Tapi sayang, cinta pertamaku tak bertahan lama.. Kami putus setelah empat bulan bertahan. Entah mengapa sejak saat itu aku merasa hampa. Tidak tertarik dengan orang lain. Selalu merasa “dia tak seperti dia”. Selalu merasa tetap dia yang sangat berhasil mencuri perhatian dan waktuku. Tapi hal itu tak berlaku padanya. Satu tahun kami putus, dia pacaran dengan adik kelas kami. Seorang wanita chinese. Jujur, tak mudah bersikap masa bodoh saat melihat mereka berdua! Jujur, tak mudah untuk memalingkan perhatianku..


Waktu-waktu berlalu, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, tapi perasaan itu tetap duduk dengan anggunnya didalam hatiku! Aku mencoba untuk menghapusnya, tapi gagal. Aku mencoba untuk mengabaikannya, tapi tak berhasil. Detik ini kuputuskan untuk tidak mencoba menghapusnya, mengabaikannya, dan membencinya! Aku ingin berdamai dengan perasaan itu. Menghadapinya. Aku harus menghadapi perasaan itu, menikmati bagaimana rasanya, tapi tidak mengizinkannya untuk melemahkan kehidupanku. Berterimakasih padanya karena ia telah mengajarkanku banyak hal. Dengan begitu aku yakin aku pasti bisa menerima kenyataan bahwa waktu telah berubah. Dia sudah memiliki cerita yang baru. Meskipun perasaanku sempurna tetap menjadi miliknya, it’s always been you..